Top Menu

Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni, Karakteristik Sejarah Sebagai Ilmu,Historiografi

A. Sejarah, Ilmu ataukah Seni?
 
Charles A. Beard menuangkan pemikirannya pada sebuah artikel yang diberi judul Writen History as an Act of Faith. Secara garis besar, Beard mengemukakan bahwa antara seni dan ilmu saling mengisi terhadap penulisan sejarah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Pollard, yaitu sejarah merupakan ilmu dan seni karena sejarah membutuhkan analisis keilmuan dari bahan-bahannya dan perpanduan artistik dan hasilnya.

Sejarah dikategorikan sebagai ilmu karena fokus kajiannya menyangkut proses-proses sosial beserta perubahan-perubahannya. Sementara itu, sebagai ilmu seni, sejarah dikategorikan sebagai ilmu humaniora, terutama karena dalam sejarah memelihara dan merekam warisan budaya serta menafsirkan makna perkembangan umat manusia. Itulah mengapa pada tahap historigrafi dan penjelasannya, sejarah memerlukan sentuhan estetika atau keindahan (seni sastra).

B. Karakteristik Sejarah Sebagai Ilmu

  1. Bersifat Empiris
Empiris berasal dari kata Yunani, yaitu empiria, yang berarti pengalaman. Menurut Kuntowijoyo, sejarah sama dengan ilmu dalam. Keduanya sama-sama berdasar pengalaman, pengamatan, dan penyerapan. Namun, dalam ilmu alam, percobaan itu dapat diulang-ulang, sedangkan dalam sejarah tidak bisa. Suatu peristiwa tidak dapat diulang kembali, sekali terjadi, sudah itu lenyap ditelan masa lampau. Sejarah hanya meninggalkan dokumen. Perbedaan antara sejarah dengan ilmu- ilmu alam tidak terletak pada acara kerja, tetapi pada objeknya.
  1. Mempunyai Generalisasi
Generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum dari pengamatan dan pemahaman penulis. Tujuan generalisasi ada dua, yaitu untuk saintifikasi dan untuk simplifikasi. Tujuan saintifikasi mengandung arti bahwa sejarah juga melakukan penyimpulan umum. Selain saintifikasi, generalisasi juga bertujuan untuk simplifikasi atau penyederhanaan.
  1. Mempunyai Objek
Objek berasal dari Bahasa Latin, yaitu objekus, artinya yang dihadapi, sasaran, atau tujuan. Objek yang dipelajari sejarah adalah manusia. Meskipun sama-sama membahas tentang manusia, namun sejarah berbeda dengan antropologi dan sosiologi. Objek kajian sejarah selalu dibarengi dengan waktu, objek yang tidak dimiliki oleh ilmu lain secara khusus.
  1. Mempunyai Teori
Dalam Bahasa Yunani, theoria berarti renungan atau skema pemikiran. Teori dapat diartikan sebagai kaidah yang memandu sejarawan dalam penelitian dan menyusun bahan-bahan yang diperolehnya dari analisa sumber dan juga dalam mengevaluasi hasil penemuannya.
  1. Mempunyai Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu methodos, yang berarti cara. Metode merupakan suatu cara atau jalan untuk bertindak menurut aturan tertentu. Dengan menggunakan metode, seseorang dapat melakukan kegiatan secara lebih terarah. Tanpa metode, suatu pengetahuan mengenai apa pun tidak dapat dikategorikan ke dalam ilmu.


C. Historiografi

  1. Zaman Yunani dan Romawi
Tulisan sejarah di Eropa muncul di Yunani dalam bentuk puisi. Tulisan sejarah dalam bentuk Prosa baru muncul pada abad ke-6 SM di Lonia. Dalam kebudayaan, muncul filsafat spekulatif yang mempersoalkan asal uaul dan struktur dunia ini. Penulisan sejarah Romawi pada mulanya memang dalam bahasa Yunani, baru kemudian memakai bahasa Latin, tetapi tulisan sejarah Yunani tetap menjadi model.
  1. Zaman Kristen Awal dan Zaman Pertengahan
Kemenangan Kristen di Eropa mempunyai pengaruh yang luas, termasuk dalam penulisan sejarah. Tulisan Augustine (354-430), The City of God. Penulisan sejarah di eropa pada zaman Kristen awal dan zaman pertengahan mempunyai dua pusat, yaitu greja dan Negara, dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama.
  1. Zaman Renaisans, Reformasi, dan Kontra-Revormasi
Para penulis sejarah Renaisans mencerminkan cita-cita Renaisans yang melihat semngat Pagan dan kebudayaan klasik Yunani-Romawi sebagai model. Historiografi Renaisans, sama dengan kebudayaannya, lahir di Itali. Dari italia, di antaranya ada Lorenzo Valla (1407-1540), menulis The History of Ferdinand I of Aragan, sebuah buku yang tidak kritis, karena buku itu adalah sejarah “resmi”. Dan Fransesco Guicciarardini (1483-1540), menulis History of Florenc adalah sejarah politik yang rasional. Buku yang ditulis setelah dia mencapai kedewasaan dalam menulis ialah History of Italy, buku ini ditulis dengan pendekatan “kesatuan geografis”.
  1. Zaman Penemuan Daerah Baru
Penemuan daerah-daerah baru abad ke-15, ke-16, dan ke-17 mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan historiografi Eropa. Pada zaman ini sejarah sosial menjadi tema utama. Yang menamukan Amerika pada 1492 adalah Christopher Columbus (1466?-1506) dari Genoa. Hernando Cortez (1485-1547?) yang menjadi saksi mata penaklukan Meksiko.
  1. Zaman Rasionalisme dan Pencerahan
Rasionalisme pada abad ke-17 sebagaimana dipelipori oleh Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis, Francis Bacon (1561-1626) dari Inggris, dan Baruch Spinoza (1632-1677) dari Belanda, baru memengaruhi historiografi pada abad ke-18. Francois Arouet atau Voltaire (1697-1778) menulis sejarah hidup Charles XII dari Swedia. Wakil dari periode Rasionalisme ialah David Hume (1711-1776), History of England From the Invasion of Julius Caesar to the revolution of 1698. Hume percaya bahwa sejarah adalah catatan tentang perkembangan intelektual dan moral. Sumbangan besar dari abad ke-18 atau Zaman Pencerahan ialah Gagasan Kemajuan (The Ideal of Progress), bahwa peradaban manusia terus-menerus bergerak maju.

Posting Komentar

Copyright © Website Ilmiah.