Top Menu

Makalah Biologi: Sistem Pernapasan (Respirasi) Pada Hewan dan Manusia Kelas XI Kurikulum 13





BAB I
PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang

Sistem pernapasan pada manusia adalah sistem menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi. Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan.

Untuk pernapasan hewan-hewan tertentu memiliki alat pernapasan. Alat-alat pernapasan tersebut berperan dalam proses pemasukan oksigen dari lingkungan luar dalam tubuh serta pengeluaran karbondioksida dari tubuh ke luar lingkungan. Alat-alat pernapasan pada hewan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan struktur tubuh dan tempat hidupnya.

            Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paru-paru buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan coelenterate. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.

      Sedangkan Sistem pernapasan pada manusia meliputi berbagai organ pernapasan. Jalur pernapasan pada manusia yaitu rongga hidung - faring - trakea - bronkus - bronkiolus - alveolus - sel-sel tubuh.
B.     Rumusan Masalah

1.      Apa saja organ-organ sistem pernapasan pada hewan dan manusia?
2.      Bagaimana proses pernapasan pada hewan dan manusia?
3.      Penyakit apa saja yang dapat menyerang sistem pernapasan?

C.    Tujuan

1.      Untuk memahami struktur organ pernafasan dan sistem respirasi pada hewan dan manusia.
2.      Untuk mengetahui proses pernapasan pada hewan dan manusia.
3.      Untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat menyerang sistem pernapasan.



BAB II
PEMBAHASAN 

A.   Sistem Pernapasan pada Berbagai Hewan

Pernapasan (respirasi) merupakan proses memperoleh gas oksigen dari udara bebas sehingga dihasilkan gas karbon dioksida sebagai sisa metabolisme. Pertukaran gas terjadi antara individu dan lingkungan, dengan melibatkan alveolus, darah, jantung, dan sel.

Proses pernapasan membutuhkan oksigen (O2) dan membuang karbon dioksida (CO2). Berdasarkan perbedaan proses pertukaran O2 dan CO2 dan letak terjadinya, pernapasan dapat dibedakan menjadi pernapasan eksternal, pernapasan internal, dan pernapasan intraselular.

a.       Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran O2 dari alveolus dengan CO2 dari plasma darah.

b.      Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan pertukaran O2 dari darah yang terikat dengan hemogoblin dalam bentuk HbO2 (oksihemogoblin) dengan CO2 yang berasal dari jaringan.

c.       Pernapasan Intraselular
Pernapasan intraselular merupakan proses pertukaran CO2 dari mitokondria dengan O2 dari sitoplasma.

Pada hewan-hewan tingkat rendah, seperti cacing, Protozoa, dan Porifera pernapasan berlangsung secara difusi. Pada hewan satu sel, misalnya Amoeba dan Paramaecium, proses pertukaran oksigen dan CO2 berlangsung melalui seluruh permukaan tubuhnya secara difusi. Proses difusi dan gerakan sitoplasma akan mengantarkan oksigen menuju mitokondria. Di dalam mitokondria oksigen digunakan untuk memecah senyawa organik, sehingga dihasilkan energi dan zat sisa berupa air dan CO2.

      Pada cacing tanah pertukaran gas berlangsng secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Cacing tanah tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir. Dengan adanya lendir, kulit cacing selalu dalam keadaan basah dan licin untuk mempermudah difusi gas. Melalui kulit yang basah ini, cacing menyerap oksigen serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air secara difusi.

1.      Pernapasan pada Serangga (Insecta)

Serangga memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan bagian tubuh serangga yang terbuat dari pipa/tabung udara. Jumlah trakea di dalam tubuh serangga sangat banyak. Oleh karena itu, sistem pernapasan serangga dinamakan sistem trakea. Saat serangga melakukan pernapasan, udara masuk trakea melalui bagian yang terletak pada permukaan tubuh. Bagian tersebut dinamakan spirakel. Spirakel dilindungi oleh bulu halus dengan fungsi sebagai penyaring debu dan benda asing yang masuk menuju trakea.

Setelah itu, udara tersebut akan melewati pipa kecil yang disebut trakeola. Trakeola juga ini akan terhubung dengan membran sel. Trakeola memiliki ujung kecil tertutup dan mengandung cairan dengan warna biru gelap. Oksigen akan berdifusi masuk ke dalam sel tubuh melalui trakeola, sedangkan karbondioksida akan berdifusi keluar. Setelah melewati trakeola, karbondioksida akan dikeluarkan ke lingkungan melewati trakea.

Apabila serangga sedang aktif dan menggunakan banyak oksigen, sebagian besar cairan yang berwarna biru akan ditarik ke dalam tubuh. Akibatnya, luas permukaan udara yang berkontak langsung dengan sel menjadi semakin luas. Seekor serangga yang sedang terbang mempunyai laju metabolisme lebih tinggi dibandingkan saat istirahat. Otot akan berkontraksi dan berelaksasi secara bergantian sehingga tubuh bisa memampat dan menggembung. Oleh karenanya udara akan secara cepat terpompa melalui sistem trakea. Sebagian besar serangga hidup di daratan. Namun, ada juga serangga yang hidup pada perairan seperti larva capung.

2.      Pernapasan pada Ikan (Pisces)

       Ikan (Pisces) bernapas dengan insang yang terletak di bagian sisi kanan dan sisi kiri kepala. Insang terdiri atas lembar insang, lengkung insang, dan gerigi insang. Gerigi insang tersusun atas tulang rawan. Lengkung insang memiliki arteri dan vena yang bercabang menuju daun insang. Pembuluh darah tersebut berfungsi mengikat O2 dan melepaskan CO2.

1)      Sistem pernapasan pada ikan bertulang sejati

Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Insang ikan mas tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.

Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang. Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi.

a.       Fase Inspirasi
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. 

b.      Fase Ekspirasi
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air yang masuk melalui mulut ikan akan dikeluarkan melalui insang. Pada saat air melalui insang, aliran air yang kaya O2 akan masuk melewati lembaran insang. Pada saat yang bersamaan, aliran darah yang berlawanan dengan arah aliran air akan melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 yang berasal dari air.

Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.

2)      Sistem pernapasan pada ikan bertulang rawan
Insang ikan bertulang rawan tidak mempunyai tutup insang (operkulum) misalnya pada ikan hiu. Masuk dan keluarnya udara dari rongga mulut, disebabkan oleh perubahan tekanan pada rongga mulut yang ditimbulkan oleh perubahan volume rongga mulut akibat gerakan naik turun rongga mulut. Bila dasar mulut bergerak ke bawah, volume rongga mulut bertambah, sehingga tekanannya lebih kecil dari tekanan air di sekitarnya. Akibatnya, air mengalir ke rongga mulut melalui celah mulut yang pada akhirnya terjadilah proses inspirasi. Bila dasar mulut bergerak ke atas, volume rongga mulut mengecil, tekanannya naik, celah mulut tertutup, sehingga air mengalir ke luar melalui celah insang dan terjadilah proses ekspirasi CO2. Pada saat inilah terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.

3)      Sistem pernapasan pada ikan paru-paru (Dipnoi)

Pernapasan ikan paru-paru menyerupai pernapasan pada Amphibia. Selain mempunyai insang, ikan paru-paru mempunyai satu atau sepasang gelembung udara seperti paru-paru yang dapat digunakan untuk membantu pernapasan, yaitu pulmosis. Pulmosis banyak dikelilingi pembuluh darah dan dihubungkan dengan kerongkongan oleh duktus pneumatikus. Saluran ini merupakan jalan masuk dan keluarnya udara dari mulut ke gelembung dan sebaliknya, sekaligus memungkinkan terjadinya difusi udara ke kapiler darah.
Ikan paru-paru hidup di rawa-rawa dan di sungai. Ikan ini mampu bertahan hidup walaupun airnya kering dan insangnya tidak berfungsi, karena ia bernapas menggunakan gelembung udara. Ada tiga jenis ikan paru-paru di dunia, yaitu ikan paru-paru afrika, ikan paru paru amerika selatan, dan ikan paru- paru queensland (Australia).
Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan lele, gabus, gurami, dan betok memiliki alat bantu pernapasan yang disebut labirin. Labirin merupakan perluasan ke atas dalam rongga insang, dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Rongga labirin berfungsi menyimpan udara (O2), sehingga ikan-ikan tersebut dapat bertahan hidup pada perairan yang kandungan oksigennya rendah. Selain dengan labirin, udara (O2) juga disimpan di gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
3.      Pernapasan pada Katak
Alat pernapasan pada katak adalah paru-paru, kulit, dan insang. Pada fase kecebong sampai umur 20 hari, katak bernapas dengan insang luar. Setelah berumur 20 hari, pernapasan diganti oleh insang dalam. Alat pernapasan katak terdiri atas paru-paru dan kulit tipis yang basah untuk memudahkan difusi gas. Ketika berada di darat, katak bernapas dengan kulit dan paru-paru. Ketika berada dalam air, katak bernapas dengan kulit.

Katak mempunyai sepasang paru-paru tipis dan elastis yang permukaan dalamnya berlipat-lipat. Lapisan tersebut diperlukan untuk memperluas permukaan. Pada paru-paru, terdapat banyak kapiler darah yang terlihat berwarna merah. Paru-paru katak memiliki bronkus pendek yang berhubungan dengan rongga mulut. Celah laring terdapat di antara rongga mulut dan paru-paru.

Katak tidak memiliki tulang rusuk dan diafragma sehingga mekanisme pernapasan dilakukan oleh otot-otot rahang bawah, otot sternohioideus, dan otot geniohiodeus yang bekerja secara antagonis. Mekanisme pernapasan pada katak adalah sebagai berikut.
a.       Inspirasi
Ketika otot sternohioideus berkontraksi, rongga mulut akan membesar. Akibatnya, tekanan dalam rongga mulut mernurun sehingga udara akan masuk. Udara masuk menuju hulu tenggorokan lewat koane. Selanjutnya, klep menutup koane. Setelah itu, otot sternohioideus berelaksasi dan otot geniohiodeus berkontraksi sehingga rongga mulut menjadi kecil. Akibatnya, tekanan dalam rongga mulut meningkat dan celah faring terbuka sehingga udara masuk ke dalam paru-paru.
b.      Ekspirasi
Fase ini diawali dengan berelaksasinya otot geniohiodeus dan otot sternohioideus. Otot perut berkontraksi sehingga rongga perut mengecil dan paru-paru tertekan. Akibatnya, udara keluar dari paru-paru menuju rongga mulut. Setelah itu, otot geniohiodeus berkontraksi dengan otot sternohioideus relaksasi sehingga rongga mulut mengecil. Koane terbuka, kemudian udara
keluar.

4.      Pernapasan pada Reptilia
        Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru Reptilia hanya terdiri dari beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Paru-paru kadal, kura-kura, dan buaya lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal, misalnya bunglon Afrika, mempunyai pundi-pundi hawa atau kantung udara cadangan sehingga memungkinkan hewan tersebut melayang di udara. Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Gas oksigen dalam udara masuk melalui lubang hidung → rongga mulut → anak tekak → trakea yang panjang → bronkiolus dalam paru-paru. Dari paru-paru, O2 diangkut darah menuju seluruh jaringan tubuh.

     Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru → bronkiolus → trakea yang panjang → anak tekak → rongga mulut → lubang hidung. Pada Reptilia yang hidup di air, lubang hidung dapat ditutup ketika menyelam.

5.      Pernapasan pada Burung

Sistem pernapasan pada burung diawali pada lubang hidung (nares) yang dihubungkan dengan trakea (trachea) oleh saluran yang dinamakan nostril. Alat pernapasan pada burung adalah paru-paru (pulmo).

Pada percabangan trakea menjadi brunkus (biforkatio trakealis) terdapat kantung suara (siring) yang dilekatkan ke dinding trakea oleh otot siringalis. Trakea bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan. Bronkus kemudian bercabang lagi menjadi bronkiolus yang berhubungan dengan kantung udara. Ukuran paru-paru burung relative kecil. Paru-paru burung terbungkus oleh selaput pleura parietalis dan pleura veseralis.

Pada paru-paru burung, terdapat kantung-kantung udara. Kantung udara terdiri atas kantung udara atas (anterior) dan kantung udara bawah (posterior). Kantung udara atas dibedakan menjadi kantung udara leher (servikasis) dan kantung udara pankal lengan. Kantung udara bawah dibedakan menjadi kantung udara dada (kantung torakalis) dan kantung udara perut (abdominalis).

Kantung udara merupakan alat pernapasan yang digunakan ketika burung sedang terbang. Selain itu, kantung udara juga berfungsi mengatur berat jenis tubuh, membantu mengeraskan suara ketika burung bernyanyi, dan mengatur suhu tubuh.

Pernapasan pada burung dapat diuraikan sebagai berikut. Paru-paru burung tidak mempunyai alveoli. Sebagai gantinya, burung memiliki pembuluh-pembuluh udara yang disebut parabronkus. Pada parabronkus, terdapat saluran udara yang bercabang-cabang berupa pembuluh kapiler udara. Pembuluh kapiler udara berdampingan dengan kapiler-kapiler darah.

         Ketika inspirasi, udara mengalir melalui bronki (mesobronkus). Udara bersih masuk ke kantung udara belakang sedangkan udara kotor akan mengalir melalui parabronkus, lalu masuk ke kantung udara depan.

Ketika ekspirasi, udara dari kantung udara belakang (udara bersih) mengalir melewati parabronkus, lalu masuk ke kantung udara depan. Udara kotor dari kantung udara depan keluar tanpa melewati parabronkus.

Peran parabronkus pada burung merupakan tempat terjadinya pertukaran gas. Jadi, pada burung, baik ketika inspirasi maupun ketika ekspirasi terjadi pertukaran gas (O2 dan CO2).

6.      Pernapasan pada Mamalia

Mamalia bernapas menggunakan paru-paru. Gas oksigen masuk ke dalam tubuh melalui lubang hidung → faring → laring → trakea → bronkus → paru-paru. Kemudian gas O2 dari paru-paru diangkut darah ke jantung. Dari jantung, gas O2 diedarkan ke seluruh jaringan tubuh oleh darah. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut menuju jantung → paru-paru, dan keluar melalui organ-organ yang sama pula.

Mamalia yang hidup di air, seperti paus, bernapas dengan menggunakan paru-paru. Lubang hidungnya sempit dan memiliki pelindung. Hal tersebut berfungsi melindungi paru-paru dari kemasukan air ketika menyelam. Sistem pernapasan mamalia pada dasarnya sama dengan sistem pernapasan manusia.


B.   Sistem Pernapasan Pada Manusia

Pernapasan merupakan istilah umum yang menyangkut dua proses, yakni aborsi oksigen dan pembuangan karbon dioksida. Saat manusia bernapas, oksigen masuk melalui hidung dan mulut, menembus membrane alveolus, kemudian masuk ke kapiler darah. Oksigen masuk ke kapiler darah melalui proses difusi.

Di kapiler darah, oksigen diikat oleh hemogoblin yang terdapat dalam sel darah merah, kemudian dibawa ke jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sel di jaringan tubuh akan mengambil oksigen dari darah dan darah akan menerima karbon dioksida sebagai hasil buangan oksidasi. Sebelum oksigen masuk ke dalam jaringan, oksigen ini didifusikan terlebih dahulu ke dalam cairan interstisial. Kemudian, oksigen masuk ke dalam sel dengan dukungan adanya perbedaan tekanan.

Proses masuknya oksigen beriringan dengan proses keluarnya karbon dioksida. Karbon dioksida yang dikeluarkan berasal dari kapiler pada alveolus. Gas tersebut kemudian menembus membrane alveolus. Setelah itu, karbon dioksida dikeluarkan melalui hidung dan mulut ketika bernapas. Dengan cara ini, 250 mL oksigen masuk ke tubuh per menit, sedangkan karbon dioksida diekresikan 250 mL.
1.      Organ Pernapasan Manusia
Sistem pernapasan pada manusia terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, paru-paru, bronkiolus, dan alveolus.

a.       Rongga Hidung

Hidung berfungsi sebagai alat pernapasandan indra pembau. Hidung terdiri atas lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung. Rongga hidung memiliki rambut, banyak kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh selaput mukosa.
Didalam rongga hidung, udara akan mengalami tahap sebagai berikut:

1)      Penyaringan 
Ditujukan kepada benda-benda asing yang tidak berbentuk gas, misalnya debu. Benda-benda tersebut dihalangi oleh rambut-rambut yang tumbuh kearah luar lubang hidung.

2)      Penghangatan
Yaitu mengubah suhu udara agar sesuai dengan suhu tubuh. Penghangatan ini dimungkinkan karena didalam dinding rongga hidung terdapat konka yang banyak mengandung kapiler darah.  Konka hidung (konka nasalis) adalah selaput lendir yang berlipat-lipat. Bila udara yang masuk suhunya lebih rendah dari suhu tubuh maka darah kapiler akan melepaskan energinya ke rongga hidung, sehingga suhu udara yang masuk menjadi hangat. Disamping menghangatkan udara, adanya lendir menyebabkan udara kering yang masuk ke rongga hidung menjadi lembab. 

b.      Faring

          Dari rongga hidung udara yang hangat dan lembab selanjutnya masuk ke faring. Faring (rongga tekak) merupakan pertigaan saluran pencernaan (esofagus), saluran pernapasan (tenggorokan) dan saluran yang menuju ke tenggorokan. Faring terletak di antara rongga hidung dan kerongkongan. Pada bagian ujung bawah faring terdapat katup yang disebut epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang mengatur agar makanan dari mulut masuk ke kerongkongan, tidak ke tenggorokan. Pada saat menelan, epiglotis menutup laring. Dengan cara ini, makanan atau cairan tidak bisa masuk ke tenggorokan.

c.       Laring

Antara faring dan tenggorokan terdapat struktur yang disebut laring. Pada laring, terdapat selaput suara. Selaput ini memiliki serabut-serabut otot sehingga laring merupakan tempat dihasilkannya suara. Pada saat berbicara, pita suara akan mengencang atau mengendor. Suara dihasilkan apabila udara bergerak melewati pita suara dan menyebabkan terjadinya getaran. 

d.      Trakea

Trakea (batang tenggorokan) berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang lebih 10 cm dan terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Di paru-paru trakea bercabang dua membentuk bronkus. Dinding tenggorokan terdiri atas tiga lapisan berikut.
 
1          1)      Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat.
2)      Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan. Trakea tersusun atas 16–20 cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C. Bagian belakang cincin tulang rawan ini tidak tersambung dan menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk mempertahankan trakea tetap terbuka.
3)      Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang menghasilkan banyak lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk saat menghirup udara.

Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan silia menuju bagian belakang mulut. Akhirnya, debu dan mikroorganisme tersebut dikeluarkan dengan cara batuk. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk bersama udara pernapasan. 

Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).

e.       Bronkus

Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan (bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.

Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang, sempit, dan mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding bronkus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada dinding bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.

f.       Bronkiolus

Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus. Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya, pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya memiliki sebaran sel globet dan epitel. Fungsi bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang kita hirup agar mencapai paru-paru.

g.      Alveolus

Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap, dan berlekatan erat dengan kapiler-kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium pipih dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara. Jumlahnya lebih kurang 300 juta buah. Dengan adanya alveolus, luas permukaan paru-paru diperkirakan mencapai 160 m2 atau 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh.

2.      Mekanisme Pernapasan Manusia
Berdasarkan mekanisme inspirasi dan ekspirasi, pernapasan manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara bersamaan.
a.       Pernapasan Dada
Otot yang berperan aktif dalam pernapasan dada adalah otot antartulang rusuk (interkostal). Otot ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot antartulang rusuk luar (interkostal eksternal) yang berperan mengangkat tulang-tulang rusuk, dan otot antartulang rusuk dalam (interkostal internal) yang berperan menurunkan tulang rusuk ke posisi semula.

Apabila otot antartulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat hingga volume rongga dada bertambah besar. Hal ini menyebabkan tekanan udara rongga dada menjadi lebih kecil dari tekanan udara rongga paru-paru, sehingga mendorong paru-paru mengembang dan mengubah tekanannya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara bebas. Selanjutnya akan terjadi aliran udara dari luar ke dalam rongga paru-paru melalui rongga hidung, batang tenggorokan, bronkus, dan alveolus. Proses ini disebut inspirasi.

Bila otot antartulang rusuk dalam berkontraksi, tulang rusuk akan tertarik ke posisi semula sehingga mendesak dinding paru-paru. Akibatnya, rongga paru-paru mengecil dan menyebabkan tekanan udara di dalamnya meningkat. Hal ini menyebabkan udara dalam rongga paru-paru terdorong ke luar. Proses ini disebut ekspirasi.

b.      Pernapasan Perut

Pada pernapasan perut, otot yang berperan aktif yaitu otot diafragma dan otot dinding rongga perut. Diafragma terdiri atas jaringan ikat dan otot. Bagian luar rongga perut ditutupi oleh otot-otot perut. Apabila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal ini menyebabkan volume rongga dada bertambah besar, sehingga tekanan udara di dalamnya mengecil. Penurunan tekanan udara akan diikuti mengembangnya paru-paru. Hal ini menyebabkan terjadinya aliran udara ke dalam paru-paru (inspirasi).

Apabila otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga perut akan terdesak ke arah diafragma, sehingga posisi diafragma akan cekung ke arah rongga dada.
Hal ini menyebabkan volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat, sehingga menyebabkan isi rongga paru-paru terdorong ke luar dan terjadilah ekspirasi.

c.       Volume Udara Pernapasan dalam Paru-paru

         Ketika seseorang berada dalam kondisi normal dan sedang tidak bekerja, udara yang masuk dan udara yang keluar terjadi secara teratur, yakni sebanyak 500 mL. Udara ini dinamakan udara pernapasan (udara tidal). Jika seseorang merasa kaget, akan terjadi inspirasi maksimal sampai sebanyak 1.500 mL. Udara ini dinamakan udara komplementer. Setelah inspirasi maksimal, terjadi pula ekspirasi maksimal. Udara yang keluar sebesar 1.500 mL dan disebut udara suplementer. Hal tersebut tidak akan menyebabkan udara dalam paru-paru menjadi hilang sama sekali. Proses eskpirasi maksimal akan meninggalkan udara yang tersisa sebesar 1.500 mL. Udara ini dinamakan udara residu.

Julmah total dari udara pernapasan (500 mL), udara komplementer (1500 mL), dan udara suplementer (1.500 mL) adalah 3.500 mL, dinamakan volume vital paru-paru. Jika volume vital ditambahkan dengan udara residu (1.500 mL), akan dihasilkan volume total paru-paru (5000 mL). Kapasitas paru-paru manusia dapat diukur menggunakan spirometer.

3.      Pertukaran CO2 dan O2  di Jaringan Tubuh

Pertukaran CO2 dengan O2 di dalam jaringan tubuh terjadi melalui mekanisme sebagai berikut.

a.       Sel penyusun jaringan mengandung CO2 sebagai hasil respirasi, yang terdapat dalam mitokondria.
b.      Dalam pembuluh arteri, O2 berikatan dengan hemogoblin membentuk HbO2 (oksihemoglobin).
c.       CO2 yang berasal dari sel pada jaringan akan berdifusi ke dalam plasma darah. Di dalam plasma darah, akan terjadi reaksi antara CO2 dan H2O menjadi H2CO3.
d.      Senyawa H2CO3 yang dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrat akan diuraikan menjadi HCO3- dan H+.
e.   H+ dari plasma darah akan berdifusi masuk ke dalam eritrosit. Sebagai imbangannya, eritrosit mengeluarkan Cl-. Peristiwa ini dinamakan pertukaran klorida.

     Penambahan ion H+ ke dalam eritrosit akan menguraikan oksihemoglobin menjadi Hb4 + 4O2. Penguraian ini akan diikuti mekanisme berikut.

a.       O2 dari eritrosit akan berdifusi ke dalam sel pada iaringan.
b.      CO2 dari dalam sel berdifusi ke dalam eritrosit dan membentuk reaksi: Hb + CO2 → HbCO2 (karbominohemoglobin).

Uraian tersebut menunjukkan bahwa CO2 diangkut darah terdiri atas dua bentuk, yakni HCO3- dan HbCO2. HCO3- diikat oleh plasma darah dalam jumlah banyak, sedangkan HbCO2 diikat oleh eritrosit dalam jumlah sedikit.
4.      Pertukaran CO2 dan O2 di Alveolus
Pertukaran antara CO2 yang berasal dari darah dan O2 yang berasal dari alveolus terjadi melalui proses sebagai berikut.

a.       Darah alveolus banyak mengandung O2 yang berasal dari udara luar.
b.      Di dalam darah, CO2 yang terlarut dalam plasma darah berupa HCO3. Sementara itu, CO2 yang terikat dengan eritrosit berupa HbCO2 (karbominohemoglobin).
c.       H+ akan keluar dari eritrosit dan menuju plasma darah, sedangkan Cl- akan keluar dari plasma darah dan masuk ke eritrosit.
d.      Di dalam eritrosit, HbCO2 terurai meniadi Hb + CO2. Hasil pengurajan akan berdifusi ke dalam alveolus.
e.       Di dalam eritrosit, teriadi reaksi antara Hb dan O2 membentuk (oksihemoglobin).
f.       HbO2 akan mengikuti aliran darah dan menuiu ke dalam pringan tubuh.
g.      Pada plasma darah, teriadi reaksi:
H+ + HCO3- → H2CO3 → H2O + CO2 ; CO2  yang dihasilkan akan berdifusi ke alveolus. Pertukaran gas dalam alveolus terjadi secara beriringan.

5.      Tekanan O2 dan CO2 dalam Pembuluh Darah Arteri dan Vena

Ketika tekanan O2 pada arteri adalah 100 mmHg. jumlah O2 yang terkandung dalam setiap 100 cc darah adalah 19 cc. setelah melewati jaringan, tekanan O2 dalam vena menjadi 40 mmHg dan jumlah O2 mcniadi 12 cc untuk setiap 100 cc darah O2 yang masuk ke dalam jaringan sebamak 7 cc dari setiap 100 cc darah. Jumlah darah vang berada dalam tubuh mencapai volume 5 liter = 5.000 cc. Bcrdasarkan uratan tersebut, total O2 yang diberikan setiap satu kali aliran darah adalah:
 x 7 cc O2 = 350 cc O2
Tekanan CO2 dalam jaringan adalah 100 mm Hg sedangkan tekanan CO2 dalam vena 47 mmHg. Tekanan CO2 dalam alveolus 35 mmHg dan dalam arteri 41 mmHg. Berdasarkan hal tersebut, perbedaan tekanan CO2 di janngan dengan vena = 100 mmHg - 47 mmHg = 53 mmHg. Perbedaaan ini memungkinkan terjadi difusi CO2 dari jaringan ke pembuluh darah vena.

C.   Kelainan Pada Fungsi Pernapasan

Seluruh sistem pada tubuh manusia hanya dapat berfungsi apabila sistem pernapasan berfungsi dengan baik. Akan tetapi, seringkali terjadi gangguan pada fungsi sistem pernapasan. Berikut adalah beberapa kelainan yang dapat mengganggu fungsi sistem pernapasan.

1.      Faringitis

Faringitis adalah radang pada faring yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus tertentu. Faringitis dapat terjadi karena terlalu banyak merokok.

a.       Penyebab

Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

b.      Gejala

Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.
Gejala lainnya adalah:
·         Demam
·         Pembesaran kelenjar getah bening di leher
·         Peningkatan jumlah sel darah putih.

Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.

c.       Jenis Faringitis

Faringitis Virus
Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam
Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat
Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif
Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

d.      Pengobatan
Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik), obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye.

Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik), jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya.

e.       Pencegahan

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya faringitis, diantaranya yaitu:
  • Istirahat yang cukup
  • Berkumur dengan menggunakan air hangat, lakukan beberapa hari sekali
  • Bagi perokok aktif, disarankan untuk berhenti merokok
  • Perbanyak minum air putih dan hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi
  • Konsumsi antibiotik dan jka diperlukan konsumsi juga analgesik
  • Hindari penggunaan pelembab udara yang berlebihian
2.      Bronkitis

         Bronkitis merupakan peradangan pada selaput lender trakea dan saluran bronkial
yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran udara.

a.       Penyebab

Penyebab bronkitis yang paling umum adalah kebiasaan merokok. Tiap isapan rokok berpotensi merusak bulu-bulu kecil di dalam paru-paru yang disebut rambut silia. Rambut silia berfungsi menghalau dan menyapu keluar debu, iritasi, dan mukosa atau lendir yang berlebihan. Setelah beberapa lama, kandungan rokok bisa menyebabkan kerusakan permanen pada silia dan lapisan dinding bronkus. Saat ini terjadi, kotoran tidak bisa dikeluarkan dan dibuang dengan normal. Dahak dan kotoran yang menumpuk di dalam paru-paru membuat sistem pernapasan menjadi lebih rentan terserang infeksi.

b.      Gejala

Berikut ini adalah beberapa gejala yang diakibatkan oleh bronkitis:
  • Batuk-batuk disertai lendir berwarna kuning keabu-abuan atau hijau
  • Sakit pada tenggorokan
  • Sesak napas
  • Hidung beringus atau tersumbat
  • Sakit atau rasa tidak nyaman pada dada
  • Kelelahan
c.       Pengobatan

Bronkitis akut biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, jadi terkadang tidak diperlukan pengobatan untuk bronkitis. Selagi menunggu penyakit ini berlalu, disarankan minum banyak cairan dan juga banyak istirahat. Pada beberapa kasus, gejala bronkitis bisa bertahan lebih lama.

Gejala bronkitis kronis biasanya akan bertahan setidaknya tiga bulan. Belum ada obat yang bisa menyembuhkan bronkitis kronis, tapi ada obat yang bisa digunakan untuk meredakan gejala yang muncul. Sebaiknya hindari merokok atau lingkungan dengan banyak perokok di sekitarnya. Kondisi ini bisa memperparah gejala yang muncul jika menderita bronkitis kronis.

d.      Pencegahan

Tindakan yang dapat membantu menurunkan risiko bronchitis dan melindungi paru-paru anda secara umum adalah:
  • Hindari merokok atau terkena asap rokok
  • Hindari mereka yang sedang sakit pilek atau flu
  • Cuci tangan anda secara teratur
  • Gunakan masker untuk mengurangi risiko infeksi
3.      Tuberculosis (TBC)

      Penyakit TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini bersifat tahan asam sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA). Bakteri Mycobacterium tuberculosa berbentuk secara visual jika dilhat dengan alat pembesar berbentuk batang. Bakteri penyebab TBC ini pertama kali ditemukan oleh ilmuwan bernama Robert Koch pada tahun 1882. Sebagai bentuk penghormatan atas jasanya ini, maka bakteri ini diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru ini juga kadang disebut juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

a.       Penyebab

Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab dari TB paru. Kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru-paru. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tertidur lama) selama beberapa tahu.

b.      Gejala

Gejala utama penderita TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

c.       Penularan

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.

Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang kemungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Penderita TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari penderita TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negative menjadi positif.

d.      Pengobatan

Tujuan Pengobatan TB paru yaitu untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis).

Jenis OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan Streptomisin (S). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan, Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

e.       Pencegahan

Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:
  • Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
  • Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
  • Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.
  • Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya.
4.      Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus). Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri, virus dan jamur.

a.       Penyebab

Ada banyak kemungkinan penyebab pneumonia, yang paling sering adalah karena infeksi bakteri dan virus dari udara yang kita hirup. Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada jenis kuman penyebabnya itu, dan di mana seseorang mendapatkannya.

Berikut penyebab pneumonia beserta klasifikasinya:

1)      Community-acquired pneumonia
Pneumonia komunitas ini adalah jenis pneumonia yang terbanyak. Terjadi di tengah-tengah masyarakat artinya di luar rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, jenis pneumonia ini disebabkan oleh:
  • Virus, termasuk beberapa jenis virus yang juga menyebabkan pilek dan flu. Virus adalah penyebab pneumonia anak anak yang paling sering terjadi yakni di bawah usia 2 tahun. Viral pneumonia biasanya ringan. Akan tetapi radang paru-paru yang disebabkan oleh virus influenza tertentu dapat menyebabkan sindrom pernafasan akut (SARS), bisa menjadi sangat serius.
  • Bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae dapat terjadi dengan sendirinya (secara langsung) atau setelah mengalami flu atau batuk pilek sebagai komplikasinya. Bakteri lain, seperti Mycoplasma pneumoniae, biasanya menimbulkan gejala pneumonia yang lebih ringan dibanding jenis lainnya.
  • Jamur, biasanya dapat ditemukan di tanah dan kotoran burung. Ini merupakan Jenis pneumonia yang paling sering terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti HIV-AIDS dan pada orang yang telah menghirup organisme penyebab dalam jumlah yaang besar.
2)      Hospital-acquired pneumonia

Pneumonia yang didapat di rumah sakit adalah infeksi bakteri yang terjadi pada orang yang selama 48 jam atau lebih dirawat di rumah sakit karena penyakit lainnya. Pneumonia ini bisa lebih serius karena biasanya bakteri penyebab lebih resisten (kebal) terhadap antibiotik.

3)      Health care-acquired pneumonia

Perawatan kesehatan pneumonia adalah infeksi bakteri yang terjadi pada orang-orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang atau telah dirawat di klinik rawat jalan, termasuk pusat-pusat dialisis ginjal. Seperti didapat di rumah sakit pneumonia.

4)      Pneumonia aspirasi

Pneumonia aspirasi terjadi ketika seseorang menghirup makanan, minuman, muntahan atau air liur masuk ke dalam paru-paru.

b.      Gejala

Tanda-tanda dan gejala pneumonia bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman penyebab, usia penderita dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Tanda-tanda dan gejala pneumonia yang ringan sering kali mirip dengan flu atau common cold (sakit demam, batuk-pilek), namun tak kunjung sembuh atau bertahan lama.
Ciri-ciri dan gejala pneumonia antara lain:
  • Demam, berkeringat dan menggigil
  • Suhu tubuh lebih rendah dari normal pada orang di atas usia 65 tahun, dan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
  • Batuk berdahak tebal dan kentel (lengket)
  • Nyeri dada saat bernapas dalam atau ketika batuk
  • Sesak napas (nafas cepat)
  • Kelelahan dan nyeri otot
  • Mual, muntah atau diare
  • Sakit kepala
c.       Pengobatan

Pengobatan utama pneumonia tergantung pada jenis pneumonianya (penyebab) dan tingkat keparahannya, sehingga ada yang hanya perlu rawat jalan, namun beberapa perlu perawatan inap di rumah sakit atau klinik.

·         Mengobati Pneumonia yang disebabkan infeksi bakteri

Antibiotik digunakan untuk mengobati jenis pneumonia ini. Antibiotik harus diberikan dengan pangarahan. Jika antibiotik berhenti sebelum pengobatan selesai, pneumonia dapat kambuh kembali. Kebanyakan pasien akan membaik setelah 1-3 hari pengobatan.

·         Mengobati Pneumonia yang disebabkan infeksi virus

Antibiotik tidak berguna jika virus adalah penyebab pneumonia. Namun, obat antivirus dapat membantu mengatasi kondisi tersebut. Gejala biasanya membaik dalam waktu satu sampai tiga minggu.

d.      Pencegahan

Untungnya pneumonia ini dapat dicegah yaitu dengan vaksinasi terhadap bakteri penyebab pneumonia dan vaksin influenza. Hal ini penting bagi mereka yang berisiko tinggi seperti orang dengan diabetes, asma, dan masalah kesehatan lainnya yang parah atau kronis. Di samping itu juga harus menjaga kebersihan dengan rajin cuci tangan, tidak merokok, serta istirahat cukup dan diet sehat untuk  menjaga daya tahan tubuh.

5.      Difteri

       Penyakit difteri adalah penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernafasan bagian atas (tonsil, faring dan hidung) dan kadang pada selaput lendir dan kulit yang disebabkan oleh bakteri yaitu Corynebacterium diphteriae. Semua golongan umur baik anak-anak maupun orang dewasa dapat tertular oleh penyakit ini. Namun anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua diatas 60 tahun sangat beresiko tertular penyakit Difteri. Pada akhir tahun 2012 di Jawa Timur terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) Difteri dimana terjadi 700an kasus.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh dua hal yaitu tertular bakteri dari orang lain dan karier difteri. Karier difteri adalah seseorang yang sehat, tidak mengalami gejala penyakit difteri, tetapi hasil tes swab hidung menunjukkan positif adanya kuman difteri. Orang dengan karier difteri dapat disembuhkan dengan cara minum obat eritsomisin 4x1 selama 7 hari, serta dapat berkonsultasi pada petugas kesehatan apakah perlu mendapatan tambahan imunisasi.

a.       Penyebab

Telah diketahui bahwa penyebab penyakit difteri adalah bakteri Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini adalah kuman batang ‘gada’ gram positif, dimana kuman ini tidak membentuk spora, tahan dalam keadaan beku dan kering dan mati pada pemanasan 60ºC. Akan tetapi terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempermudah terinfeksi penyakit Difteri, yaitu:
-           Cakupan imunisasi kurang atau tidak mendapat imunisasi secara lengkap
-           Kualitas vaksin yang tidak bagus
-    Faktor lingkungan tidak sehat seperti sanitasi yang buruk dan rumah yang berdekatan yang mempermudah penyebaran difteri
-           Tingkat pengetahuan ibu rendah tentang imunisasi dan gejala difteri
-           Akses pelayanan kesehatan yang kurang

b.      Gejala

Pada umumnya penyakit difteri menyebabkan gejala-gejala seperti panas, sesak nafas, nyeri telan pada tenggorokan, leher bengkak (bullneck), serta adanya selaput warna putih keabu-abuan di tenggorokan yang dapat menyumbat jalan nafas. Selain itu penyakit difteri dapat menghasilkan racun yang berbahaya karena dapat menyerang otot jantung, jaringan saraf dan ginjal.

Difteri dapat menyerang bagian tubuh seperti tenggorokan, bibir, kulit, mata, hidung, tonsil faring, dan laring. Penyakit Difteri yang parah dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi bisa dipengaruhi oleh virulensi kuman, luas membra, jumlah toksin, waktu antara timbulnya penyakit dengan pemberian antitoksin. Komplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung, kerusakan system saraf dan obstruksi jalan nafas.

c.       Penularan

Penyakit Difteri dapat menular melalui percikan ludah dari orang yang membawa bakteri ke orang lain yang sehat. Namun penyakit ini juga dapat ditularkan melalui benda atau makanan yang telah terkontaminasi dengan bakteri tersebut. Cara lain penularan penyakit difteri adalah dengan melakukan kontak intim.

d.      Pengobatan

Penyakit Difteri merupakan penyakit yang berbahaya yang bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu penanganan harus dilakukan dengan segera. Bila gejala-gejala difteri mulai timbul, maka segeralah pergi ke rumah sakit. Berkonsultasilah dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang benar dan pemberian eritromisin terhadap kontak langsung. Pemberian eritromisin dan penisilin dapat membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Saat penderita mengalami sumbatan jalan nafas, jika diperlukan tenaga medis akan membuat lubang pada pipa saluran pernafasan atas agar pasien dapat bernafas.

e.       Pencegahan

         Penyakit Difteri berbahaya, tetapi dapat dicegah dengan cara imunisasi dasar lengkap. Berikut adalah 3 imunisasi yang biasa dilakukan di Indonesia :

·         Imunisasi dasar lengkap pada saat (DPT-HB 3 kali)
·         Imunisasi DT pada anak SD/MI kelas 1
·         Imunisasi TD pada anak SD/MI kelas 2 dan 3
Selain melalui imunisasi, penyakit difteri juga bisa kita cegah dengan melakukan:
  • Hindari untuk kontak secara langsung dengan penderita difteri.
  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan seperti cuci tangan, sanitasi yang baik, membersihkan bagian rumah dan halaman, dan lain-lain.
  • Menjaga kondisi tubuh tetap prima agar tidak mudah terserang penyakit seperti makan makanan bergizi dan berolaharaga yang rutin · Bila perlu pakailah masker kesehatan.
  • Tidak batuk dan bersin di sembarang tempat. Etika bersin dan batuk yang benar adalah dengan menutupi menggunakan tissue, atau jika tidak ada tissue maka bisa menggunakan lengan.
6.      Asma

       Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

a.       Penyebab
Sampai saat ini penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti meski telah banyak penelitian oleh para ahli. Teori atau hypotesis mengenai penyebab seseorang mengidap asma belum disepakati oleh para ahli didunia kesehatan.
Namun demikian yang dapat disimpulkan adalah bahwa pada penderita asma saluran pernapasannya memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktivitas saluran napas) seperti polusi udara (asap, debu, zat kimia), serbuk sari, udara dingin, makanan, hewan berbulu, tekanan jiwa, bau/aroma menyengat (misalnya parfum) dan olahraga.
Selain itu terjadinya serangan asma sebagai akibat dampak penderita mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) baik flu ataupun sinisitis. Serangan penyakit asma juga bisa dialami oleh beberapa wanita dimasa siklus menstruasi, hal ini sangat jarang sekali.
Angka peningkatan penderita asma dikaitkan dengan adanya faktor resiko yang mendukung seseorang menderita penyakit asma, misalnya faktor keturunan. Jika seorang ibu atau ayah menderita penyakit asma, maka kemungkinan besar adanya penderita asma dalam anggota keluarga tersebut.
b.      Gejala

Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.

Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.

Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.
c.       Pengobatan
Obat-obatan untuk asma dibagi menjadi dua tipe: obat untuk mengobati gejala/serangan asma (pengobatan) dan obat untuk mencegah munculnya gejala/serangan lebih lanjut (pencegahan). Obat-obatan ini bisa menyelamatkan nyawa penderita asma, dan juga membuat mereka dapat tetap beraktifitas normal walaupun memiliki penyakit asma.
Umumnya obat untuk asma berupa anti-inflamantory (anti-peradangan). Obat ini berfungsi untuk mencegah serangan asma dengan cara mengurangi pembengkakan dan membersihkan lendir yang mempersempit liang/saluran pernapasan. Hasilnya, saluran pernapasan menjadi lebih lega dan tidak terlalu sensitiv terhadap pemicu asma.

·         Inhaler Asma

Inhaler untuk asma adalah sebuah alat kecil yang digunakan dengan cara disemprotkan dan dihirup. Inhaler adalah cara paling efektif untuk mengantarkan obat langsung ke paru-paru.

Terdapat beragam jenis inhaler untuk asma, baik itu untuk anak maupun dewasa, untuk penanganan cepat terhadap serangan asma, untuk memperlancar saluran pernapasan, dan lain sebagainya.

·         Nebulizer

Alat ini sering juga disebut dengan breathing-machine. Nebulizer untuk asma adalah sebuah alat portabel yang biasanya digunakan oleh penderita asma yang mengalami kesulitan menggunakan inhaler, misalnya anak kecil, bayi, lansia, dan lainnya. Fungsinya mirip dengan inhaler, yaitu untuk mengantarkan masuknya obat-obatan ke paru-paru secara lebih efektif dan cepat.

d.      Pencegahan

·         Hindari pemicu terjadinya penyakit asma
·         Menjaga kesehatan dan kebesihan lingkungan
·         Gunakan obat khusus untuk mengatasi penyakit asma

7.      Emfisema

        Emfisema adalah suatu kelainan anatomis pada paru – paru yang ditandai oleh adanya pelebaran rongga udara pada daerah distal bronkiolus terminal yang disertai oleh kerusakan pada dinding alveoli. Secara anatomis emfisema paru dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:

  • Emfisema tipe sentriasinar: pada emfisema ini kerusakan dimulai dari bronkiolus respiratori yang meluas ke daerah tepi, terutama mengenai paru – paru bagian atas. Emfisema ini sering terjadi sebagai akibat dari kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama
  • Emfisema tipe panasinar: pada emfisema ini kerusakan terjadi pada seluruh alveoli distal dan bronkiolus terminal secara merata, terutama mengenai paru – paru bagian bawah. Emfisema ini sering terjadi pada pasien yang kekurangan alpha 1 antitripsin
  • Emfisema asinar distal: pada emfisema ini kerusakan lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveoler, terutama mengenai daerah septa atau dekat pleura
a.       Penyebab

Emfisema paru dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut, yaitu :
  • Kebiasaan merokok, merupakan penyebab yang paling penting untuk timbulnya emfisema, jauh lebih penting dari faktor penyebab yang lain
  • Adanya riwayat terpapar polusi udara di lingkungan dan tempat kerja, seperti asap dari kendaraan, asap kayu bakar,
  • Adanya hipereaktiviti bronkus
  • Adanya riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
  • Kekurangan alfa 1 antitripsin, penyebab yang satu ini jarang terdapat di Indonesia
b.      Gejala

Perkembangan penyakit emfisema berjalan lambat, penyakit akan memburuk secara bertahap biasanya setelah penderita merokok selama bertahun-tahun gejala baru akan dirasakan. Gejala tersebut antara lain:
  • Sesak napas hebat, dengan atau tanpa bunyi mengi
  • Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
  • Bibir tampak kebiruan
  • Dada berbentuk seperti tong
  • Sering merasa cepat lelah
  • Nafsu makan berkurang
  • Penurunan berat badan
  • Kulit kemerahan
c.       Pengobatan

Penyakit Emfisema tidak dapat disembuhkan, pengobatan yang ada selama ini hanya untuk mengurangi gejala dan menghambat perkembangan penyakit, hal yang paling penting dalam pengobatan emfisema adalah berusaha untuk menghindari paparan terutama dengan berhenti merokok dan menghindari polusi udara. Adapun obat –obatan yang dapat digunakan pada pengobatan emfisema yaitu:
  • Bronkodilator : obat ini bekerja dengan menimbulkan relaksasi pada otot polos bronkus. obat ini dapat diberikan secara tunggal atau secara kombinasi dari ketiga jenis golongan bronkodilator yang disesuaikan dengat derajat berat penyakit. Contohnya: Salbutamol.
  • Antiinflamasi : obat ini berfungsi untuk mengurangi peradangan yang terjadi pada paru-paru.
  • Antibiotika : obat ini diberikan hanya bila terdapat tanda infeksi pada paru-paru.
  • Antioksidan : obat ini diberikan untuk mengurangi memberatnya gejala dan memperbaiki kualitas hidup.
  • Mukolitik : obat ini diberikan untuk mengencerkan dahak dan lendir pada saluran napas. Misalnya: ambroxol, GG.
d.      Pencegahan

Sebagian besar kasus emfisema disebabkan akibat kebiasaan merokok. Asap rokok yang masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan kerusakan permanen. Berhenti merokok merupakan cara terbaik bagi penderita emfisema yang memiliki kebiasaan merokok. Berhenti merokok dapat menghentikan kerusakan paru-paru sesegera mungkin dan mencegah penderita dari penyakit ini.

8.      Keracunan Karbon Monoksida

Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna bahan bakar berbasis karbon.

       Akumulasi karbon monoksida juga dapat disebabkan karena instalasi peralatan yang tidak tepat atau akibat ventilasi yang buruk. Gas ini dikenal sebagai ‘silent killer’ karena tidak berbau sehingga mustahil dideteksi oleh indera.


Dosis kecil karbon monoksida menyebabkan keluhan ringan seperti mual dan pusing, sedangkan dosis besar menyebabkan kerusakan otak dan bahkan kematian.

a.       Penyebab

- Karbon monoksida terbentuk akibat pembakaran bahan bakar tertentu (solar, batubara, bensin, gas alam) yang tidak sempurna disebabkan oleh kurangnya oksigen.
- Sumber utama karbon monoksida adalah gas buang kendaraan bermotor, asap dari kebakaran, dan asap dari mesin.
- Selain itu, gas ini juga muncul dari peralatan memasak yang rusak, pengering pakaian gas, pemanas, atau tungku kayu bakar.
- Kurangnya ventilasi akan menambah peningkatan konsentrasi karbon monoksida di sebuah ruangan.

b.      Gejala

Hemoglobin yang merupakan pigmen merah dalam sel darah merah bertugas membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh. Saat seseorang menghisap karbon monoksida, alih-alih oksigen, hemoglobin justru mengikat karbon monoksida dan mengalirkannya ke seluruh tubuh.

Hemoglobin yang berikatan dengan karbon monoksida lantas membentuk senyawa yang disebut carboxyhemoglobin. Ini adalah senyawa yang diyakini menjadi penyebab utama keracunan karbon monoksida. Hemoglobin yang justru berikatan dengan karbon monoksida membuat tubuh perlahan-lahan kekurangan oksigen.

Segala macam proses kimia pada jaringan tubuh yang kekurangan oksigen akan terhambat. Hal ini menciptakan kondisi yang dikenal sebagai cedera hipoksia pada jaringan.
Keracunan karbon monoksida dapat dideteksi dengan gejala-gejala sebagai berikut:

·   Sakit kepala
·   Pusing
·   Mual
·   Nyeri dada
·   Sesak napas
·   Muntah
·   Nyeri perut
·   Kantuk
·   Pingsan
·   Kejang

c.       Pengobatan

Individu yang mengalami keracunan karbon monoksida harus pindah dari daerah tersebut ke tempat dengan cukup pasokan udara segar.

Jika seseorang berhenti bernapas, CPR (cardiopulmonary resuscitation) mungkin harus diberikan. Setiap orang harus dites apakah benar mengalami keracunan karbon monoksida untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Penanganan akan meliputi:
- Memberikan oksigen dosis tinggi menggunakan masker wajah dari tabung oksigen.
- Oksigen kadar tinggi akan membantu karbon monoksida untuk memisahkan diri dari hemoglobin.
- Ketika seseorang menghirup karbon monoksida dosis tinggi dan menderita keracunan berat, dosis
   oksigen yang lebih tinggi harus diberikan menggunakan ruang hiperbarik.
- Terapi oksigen hiperbarik ditujukan untuk mempercepat proses penguraian ikatan
  carboxyhemoglobin. Oksigen hiperbarik juga akan langsung menyediakan oksigen ke seluruh jaringan
  tubuh.
- Seperti terlihat diatas, pemberian oksigen merupakan satu-satunya metode untuk meringankan
   keracunan karbon monoksida.

d.      Pencegahan

Pemeliharaan adalah kunci untuk menjaga tingkat gas CO agar tetap dalam tingkat rendah. Maka hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

·         Pastikan peralatan bakar, seperti tungku, perapian dan kompor gas, dipelihara dengan baik dan bekerja dengan baik.
·         Mengenal profesional untuk memeriksa peralatan dan cerobong hingga bersih, setidaknya sekali setahun. Pastikan cerobong asap tidak terhalang oleh salju atau es, sarang burung atau kotoran lainnya (umumnya ini dilakukan pada wilayah beriklim 4 musim)
·         Jangan menggunakan peralatan bakar untuk berkemah di dalam rumah, garasi, kendaraan, saat tenda kemping atau dekat dengan jendela.
·         Jangan menggunakan generator listrik di dalam ruangan atau di garasi (bahkan dengan pintu terbuka) atau dekat dengan jendela.
·         Jangan menggunakan minyak tanah atau pemanas ruang dengan minyak atau lampu di tempat tertutup, kecuali secara khusus dirancang untuk digunakan dalam ruangan dan di ruangan yang berventilasi baik.
·         Menjaga rumah agar benar-benar bebas dari bahaya asap rokok.
·         Jangan biarkan kendaraan siaga di garasi, bahkan ketika pintu garasi terbuka.
·         Jangan menjalankan mesin pemotong rumput bertenaga gas, pemangkas, atau peralatan bertenaga gas lainnya di garasi.
·         Menjaga pintu antara rumah dan garasi tertutup, ketika tidak diperlukan dan tidak terjadi kebocoran antara garasi dan rumah.

9.      Hipoksia

       Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen bagi tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia bisa merupakan kondisi lanjutan dari hipoksemia, yaitu rendahnya pasokan oksigen pada pembuluh darah bersih (pembuluh arteri).

Hipoksia merupakan kondisi berbahaya, karena otak, hati, dan organ lainnya bisa rusak dengan cepat ketika tidak mendapat oksigen yang cukup. Kondisi ini juga bisa terjadi pada bayi prematur, disebabkan paru-parunya belum berkembang sempurna.

a.       Penyebab

Seringkali, munculnya hipoksia disebabkan oleh hipoksemia. Namun, bisa juga terjadi sebaliknya. Selain hipoksemia, beberapa hal yang bisa menyebabkan hipoksia adalah:
  • Keracunan gas atau zat kimia.
  • Rendahnya kadar oksigen.
  • Gangguan jantung berupa detak jantung melambat cukup parah (severe bradycardia) dan kontraksi bilik jantung (ventrikel) terlalu cepat dan tidak teratur (ventricular fibrillation).
  • Gangguan paru-paru, contohnya penyakit paru obstruktif kronik, bronkitis, emfisema, kanker paru-paru, pneumonia, asma, edema pulmonari, dan sleep apnea.
  • Berhenti atau berkurangnya aliran darah menuju organ tertentu.
  • Obat-obatan apa pun yang mengganggu atau menghentikan napas.
  • Anemia atau kondisi yang merusak sel darah merah.
b.      Gejala

Gejala hipoksia bisa mendadak muncul, cepat memburuk (akut), atau bersifat kronis. Berikut ini beberapa gejala hipoksia yang umumnya terjadi:
  • Napas pendek.
  • Kebingungan.
  • Berkeringat.
  • Kulit berubah warna, menjadi biru atau merah keunguan.
  • Sesak napas.
  • Halusinasi.
  • Batuk-batuk.
  • Kelelahan.
  • Detak jantung cepat.
  • Napas berbunyi (mengi).
Hipoksia juga bisa menimbulkan komplikasi jika terjadi kesalahan dalam penanganannya. Pemberian oksigen berlebihan justru bisa meracuni jaringan tubuh atau biasa disebut hiperoksia. Hal ini bisa menyebabkan:
  • Katarak.
  • Vertigo.
  • Kejang-kejang.
  • Perubahan perilaku.
  • Pneumonia.
c.       Pengobatan

Ada beberapa pengobatan yang akan dilakukan dokter bagi para penderita hipoksia, yaitu:
  • Memasok oksigen ke dalam tubuh. Tubuh penderita hipoksia akan dipasok oksigen menggunakan selang atau masker oksigen. Semakin cepat kadar oksigen dalam tubuhnya kembali normal, semakin kecil risiko kerusakan organ tubuh.
  • Ruang hiperbarik. Penderita hipoksia yang disebabkan oleh keracunan karbonmonoksida biasanya akan dimasukkan ke dalam ruang hiperbarik, yang berfungsi meningkatkan okigen dalam darah.
  • Intubasi. Membuat saluran udara mekanis yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen dengan kadar di atas normal.
d.      Pencegahan

Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan cara menghindari kondisi yang menurunkan kadar oksigen, atau secepatnya memberikan pasokan oksigen sebelum hipoksia muncul. Hipoksia yang disebabkan oleh asma bisa dihindari dengan cara mengikuti terapi asma yang sudah diresepkan oleh dokter. Terapi tersebut juga bisa membantu pasien mengendalikan asma.

10.  Kanker Paru-paru

Kanker paru-paru adalah rusaknya paru-paru akibat pertumbuhan sel yang tidak terkendali sehingga menimbulkan kesulitan bernapas.

a.       Penyebab

Berikut beberapa penyebab umum yang sering ditemukan pada para penderitanya:
  • Merokok, ini adalah penyebab utama penyakit ini. Semakin banyak anda merokok maka semakin tinggi pula resiko terhadap penyakit ini. Rokok rendah TAR sama sekali tidak menurunkan resiko serangan kanker paru.
  • Terkena paparan bahan kimia seperti vinil klorida, produk batubara, bensin, asap knalpot, berilium, uranium dan lain sebagainya.
  • Riwayat keluarga.
  • Kadar arsenik dalam minuman
  • Terapi radiasi, hal ini bisa terjadi karena efek samping pengobatan kanker atau tumor yang menggunakan terapi penyinaran
  • Menghirup udara yang tercemar
b.      Gejala

Kanker paru-paru di masa awal seringkali tidak menunjukkan gejala apa-apa, gejala baru ditemukan saat penyakit tersebut bertambah parah. Berikut beberapa gejala yang paling umum:
  • Nyeri pada tulang dan sendi
  • Mata layu
  • Suara berubah
  • Kesulitan menelan
  • Wajah dan lengan tangan mengalami pembengkakan
  • Kehilangan nafsu makan
  • Nafas berbunyi
c.       Pengobatan

Tehnik pengobatan yang dilakukan sangat bergantung dengan tingkat keparahan kanker tersebut. Beberapa langkah pengobatan yang mungkin diambil dokter di antaranya:
  • Pembedahan, biasanya dilakukan oleh dokter apabila sel kanker tersebut belum menyebar ke kelenjar getah bening yang ada di dekatnya
  • Komeoterapi, dilakukan ketika sel kanker telah menyebar ke bagian lain (stadium 4). Langkah ini diambil guna mematikan sel tersebut dan menghentikan pertumbuhannya.
  • Terapi radiasi dengan menggunakan X-ray guna menghancurkan sel kanker jika memang tehnik operasi tidak mungkin dilakukan. Terapi ini biasanya dibarengi dengan komeoterapi.
d.      Pencegahan

Pencegahan kanker paru-paru dapat dilakukan dengan cara:
  • Berhenti merokok, tidak ada kata terlambat untuk menghentikan kebiasaan buruk ini.
  • Hindari sebisa mungkin menghirup udara yang penuh dengan polusi
  • Jalankan pola makan sehat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
  • Hindari asap rokok di sekitar anda
D.   Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosifir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan Iingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Pencemaran udara memiliki berbagai dampak diantaranya: penipisan lapisan Ozon, pemanasan global (Global Warming), penyakit pernapasan, misalnya jantung paru-paru dan tenggorokan, terganggunya fungsi reproduksi stres dan penurunan tingkat produktivitas, penurunan kesehatan dan kemampuan mental anak-anak, dan penurunan kecerdasan (IQ) anak-anak.
Salah satu pencemar udara adalah asap rokok. Bahaya rokok dan dampak rokok bagi kesehatan memang sudah dicantumkan dalam bungkus rokok yang dijual di pasaran. Berikut ini adalah zat berbahaya dalam rorok.

1.      Nikotin
Zat ini mengandung candu yang dapat menyebabkan seseorang ketagihan untuk menghisap rokok

2.      Tar
Tar merupakan bahan dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan dapat menimbulkan iritasi atau bahkan kanker paru-paru.

3.      Karbon Monoksida
Gas yang dapat menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa mengikat oksign dalam tubuh.

4.      Zat Karsinogen
Zat karsinogen merupakan zat yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh.

5.      Zat Iritan
Zat iritan mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru dan dapat menyebabkan batuk

Zat-zat asing berbahaya tersebut adalah zat yang terkandung dalam dalam asap rokok, dan ada 4000 zat kimia yang terdapat dalam sebatang rokok, 40 di antaranya tergolong zat yang berbahaya misalnya hidrogen sianida (HCN), arsen, amonia, polonium, dan karbon monoksida (CO).



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.
Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Alat-alat respirasi pada manusia adalah rongga hidung, faring, laring, trakea, paru-paru, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Pada proses inspirasi dan ekspirasi, mekanisme pernapasan pada manusia dibagi atas pernapasan dada dan pernapasan perut. Sedangkan Faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan adalah Umur, Jenis Kelamin, Suhu Tubuh, Posisi Tubuh. Pernapasan atau pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaitu Respirasi Eksternal dan Respirasi Internal. Serta ada beberapa gangguan pada system respirasi manusia.
Pada pernapasan hewan Juga melibatkan alat-alat repirasi yang beragam. Hewan yang hidup di lingkungan darat kebanyakan bernapas menggunakan paru-paru, sedangkan hewan yang hidup di air bernapas menggunakan insang. Selain memiliki alat-alat respirasi utama, beberapa hewan tertentu memiliki alat respirasi tambahan sesuai tempat hidupnya.

B.     Saran

Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ sistem  pernafasan lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita, hindarilah polusi udara dan gas-gas beracun, dan terutama hindarilah sikap merokok. Serta rawatlah paru-paru (pulmo) agar tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserang penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya.




DAFTAR PUSTAKA

Karmana, Oman. 2014. Biologi 2 Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Putri, Yuliana. “MAKALAH BIOLOGI UMUM: Sistem Pernafasan”. Diakses 12 november 2015. http://yulianaputrisari.blogspot.co.id/2014/06/makalah-biologi-umum-sistem-pernafasan.html

Thamrin, Hasmirah. “makalah sistem pernapasan pada hewan, struktur dan perkembangan hewan 1”. Diakses 12 november 2015. http://indomaterikuliah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-sistem-pernapasan-pada-hewan.html

Sustera, Efson. “Makalah Biologi Sistem pernapasan by efson s irawan”. Diakses 12 november 2015. http://efsonpadangguci.blogspot.co.id/2013/11/makalah-biologi-sistem-pernapasan-by.html

Biologi, Media. “Sistem Respirasi (1): Respirasi pada hewan tingkat rendah”. Diakses 13 november 2015. http://biologimediacentre.com/sistem-respirasi-1-respirasi-pada-hewan-tingkat-rendah/

Maulana, Putri. “Sistem Pernapasaan pada Serangga”. Diakses 13 November 2015. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/sistem-pernapasaan-pada-serangga.html

Aqila, Larasati. “Sistem Pernapasan Ikan”. Diakses 13 November 2015. http://hikmat.web.id/biologi-klas-xi/sistem-pernapasan-ikan/

Maulana, Putri. “Sistem Pernapasan pada Reptil”. Diakses 13 November 2015. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/sistem-pernapasan-pada-reptil.html

Nurhayati, Laila. “MAKALAH IPA 2 SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA”. Diakses 15 November 2015. https://lailanurhayati1993.files.wordpress.com/2013/03/sistem-pernafasan.pdf

Pratama, Siska. “Organ-organ Sistem Pernapasan”. Diakses 15 November 2015. https://chezchawan.wordpress.com/science-ii/sistem-pernapasan-manusia/organ-organ-sistem-pernapasan/

Sasrawan, Herdi. “8 Organ Pernapasan Pada Manusia”. Diakses 15 November 2015. http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/08/8-organ-pernapasan-pada-manusia.html.

SMA, Materi. “Mekanisme Pernapasan Pada Manusia (Pernapasan Dada dan Perut)”. Diakses 15 November 2015. http://www.materisma.com/2014/05/mekanisme-pernapasan-pada-manusia.html

Penyakit, Referensi. “Faringitis (Radang Tenggorokan)”. Diakses 15 November 2015. http://mypotik.blogspot.co.id/2011/02/faringitis-radang-tenggorokan.html

Dokter, Alo. “Pengertian Bronkitis”. Diakses 15 November 2015. http://www.alodokter.com/bronkitis/
Gentara, Lukas. “Penyakit Asma: Penyebab, Gejala dan Cara Pengobatan”. Diakses 15 November 2015. http://www.gen22.net/2013/04/penyakit-asma-gejala-penyebab-pengobatan.html.

Sefty, Nurul. “Penyakit Difteri, Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati”. Diakses 15 November 2015. http://carasehatmengobati.blogspot.co.id/2014/04/penyakit-difteri-gejala-penyebab-cara-mengobati.html.
Savira, Novi. “Makalah Asma”. Diakses 15 November 2015. http://berbagh.blogspot.co.id/2013/05/makalah-asma.html

Winma, Elonesa. “MAKALAH PENYAKIT ASMA”. Diakses 15 November 2015. http://tugas-makalahmu.blogspot.co.id/2014/12/makalah-penyakit-asma.html

Dokter, Alo. “Pengobatan Asma”. Diakses 15 November 2015. http://www.alodokter.com/asma/pengobatan

News, Biologi. “Penyakit Asma (Asthma)”. Diakses 15 November 2015. http://biologi-news.blogspot.co.id/2011/04/penyakit-asma-asthma.html

Muhlisin, Ahmad. “Emfisema – Gejala, Penyebab, Pengobatan”. Diakses 15 November 2015. http://mediskus.com/penyakit/emfisema

Sehat, Dokter. ”Emfisema, Bisa Diakibatkan Rokok dan Kelainan Genetik”. Diakses 15 November 2015. http://doktersehat.com/emfisema-bisa-diakibatkan-rokok-dan-kelainan-genetik/

Amazine. “Penyebab, Gejala & Pengobatan Keracunan Karbon Monoksida”. Diakses 15 November 2015. http://www.amazine.co/18658/penyebab-gejala-pengobatan-keracunan-karbon-monoksida/

Endarwati. “Keracunan Karbon Monoksida – Gejala, Resiko dan Pencegahan”. Diakses 15 Novmber 2015. http://halosehat.com/penyakit/sumber-penyakit/keracunan-karbon-monoksida

Dokter, Alo. “Pengertian Hipoksia”. Diakses 15 November 2015. http://www.alodokter.com/hipoksia

Sehat, Dokter. “Penyebab dan Gejala Kanker Paru-Paru”. Diakses 15 November 2015. http://doktersehat.com/penyebab-dan-gejala-kanker-paru-paru/

Nuradi, Rezky. “MAKALAH Sistem Pernapasan (Respirasi)”. Diakses 15 November 2015. http://rezkynuradi.blogspot.co.id/2014/08/makalah-sistem-pernapasan-respirasi.html

Posting Komentar

Copyright © Website Ilmiah.